Niat saya menulis lagi di blog ini sebenarnya udah terbesit sejak hari rabu selesai ujian. Tapi apa mau dikata, sampai hari ini barulah tulisan yang ada dipikiran saya mulai saya tulis. Tapi karena kayaknya kontennya masih belum pas tulisannya saya alihkan dulu ke penyebab saya batal nulis sehari yang lalu. Hari Kamis ini saya batal menulis karena nonton 2 film yang menurut saya benar-benar worth it untuk ditonton. Jadi tulisan ini berisi review tentang film yang baru saja saya tonton. Yaitu "I am SAM".

Walaupun ratingnya di IMDB cuma 7,4, tapi saya berani kasih rating 4/5 untuk film ini. Kenapa begitu? G usah banyak nanya, kita langsung ke reviewnya aja. Pokoke ni film mantep bener deh... Selain karena ada Dakota Fanningnya :D

Oke karena dari judulnya saja sudah menunjukkan film ini bercerita tentang seorang Sam. Siapa SAM??? Sam Dawson adalah seorang retard, orang aneh atau dapat dibilang autis imbicile atau apapun hal yang bisa kalian sebutkan untuk orang aneh. Dia mengalami keterbelakangan mental dan hanya memiliki tingkat intelejensi tidak lebih dari anak 7 tahun. Dan di awal cerita Sam memiliki seorang anak dari seorang ibu gelandangan yang langsung meninggalkan anaknya begitu si anak dilahirkan. Nama anak perempuan ini adalah Lucy, di ambil dari lagu The Beattles yang saya juga tidak tahu judulnya. :blush:

Kondisi mental Sam yang disebutkan sebelumnya awalnya sedikit menjadi masalah bagi Sam dalam mengurus Lucy yang masih Bayi. Tapi untungnya ada Annie, tetangga Sam yang pada akhirnya membantu mengajari Sam bagaimana cara mengurus Bayi sampai si kecil Lucy tumbuh seiring waktu.

Kendati demikian, ketika Lucy beranjak pada usia 7 tahun, badan pemerintahan anak-anak mulai menyadari bahwa Sam dianggap tidak mampu mengurus anaknya lebih lanjut daripada umur tersebut – apalagi karena Sam hanyalah seorang pegawai Starbucks. Karena itu, Lucy diambil oleh pemerintah untuk diinapkan sementara di tempat tinggal orang tua asuh sementara kasus mengenai hak kepengurusan dilanjutkan dalam persidangan.

Sam yang mengalami gangguan mental tentunya tidak bisa membela dirinya sendiri. Dia mendatangi seorang pengacara wanita sukses Rita Harrison. Rita semula enggan membantu Sam, tetapi pada akhirnya luluh terhadap keras kepalanya (atau tepatnya kepolosan) Sam. Bukan hal yang mudah untuk memenangkan hak kepengurusan dari Lucy dari pengadilan. Seiring perjalanan sidang, Rita dan Sam pun lebih banyak belajar satu dengan yang lainnya.

Dan akhir cerita dari kisah ini sebenarnya bisa kalian tebak. Tapi bagaimana jalan dan proses menuju akhir cerita inilah yang benar-benar membuat saya sebagai penonton benar-benar terharu. Terutama ketika melihat sosok Lucy dalam film ini yang menurut saya benar-benar figur seorang anak perempuan yang akan didambakan banyak ayah. Walaupun pada usianya yang saat itu memiliki intelejensia yang lebih dari ayahnya, namun tidak ada sedikitpun protes yang dia keluarkan kepada ayahnya. Kemampuan menjaga hati orang tua inilah yang membuat film ini amat sangat layak ditonton bersama keluarga. Saya pun berharap suatu hari nanti bisa punya seorang anak perempuan dengan figur seperti ini, semoga saja bisa.. Amin...

Itu dulu yang ditulis y, klo kebanyakan dikeluarkan ntar malah jadi g seru ente nontonnya. Yang jelas g bakalan rugi deh nonton film ini. Siap-siap nangis bombay buat anda yang melankolis ataupun anda yang baru patah hati. Selamat menonton, semoga bisa jadi pelajaran tambahan untuk kita semua...