Hari ini pelajaran Etika Profesi membahas mengenai Etika hubungan antar manusia. Bahwa nilai-nilai etika manusia berawal dari keluarga, lingkungan, dan peristiwa-peristiwa penting yang dialaminya (tapi ini bukan jawaban ujian lo, cuma seingat gw aja :D). Dan seperti biasa, mata kuliah bu Ucok Sarimah, dosen etika profesi kami memiliki cara belajar yang menurut saya sangat jauh berbeda dengan dosen lainnya. Dan materi yang beliau berikan hari ini menurut saya sangat menarik karena berhubungan dengan keadaan yang amat sangat banyak dialami manusia selama ini, yaitu lupa bersyukur.

Pada materi kuliah hari ini bu Ucok menceritakan tentang kehidupan pribadinya sejak dia masih kecil sampai masa sekarang ini. Cerita di awali dengan kehidupan bu Ucok pada saat sudah berkeluarga. Saat itu bu Ucok berumur 35 tahun (klo g salah ingat y), dan dia ditinggalkan oleh Ayah mertua yang merupakan seorang Tentara. selain tentara, ayah Mertua bu Ucok juga merupakan seorang Menteri pada era kepemimpinan Soekarno.

Dan ternyata kesedihan yang menurut saya paling mendalam adalah 3 tahun setelah kejadian sebelumnya, beliau harus kehilangan suami tercinta. Suami bu Ucok meninggal saat melakukan latihan (lupa detilnya) terjun payung dan tanpa disangka parasutnya tidak bekerja sebagaimana mestinya.Dan untuk kesedihan yang satu ini saya sedikit banyak bisa ikut  merasakan kesedihan yang dirasa bu Ucok.

Dan ternyata, kesedihan hidup bu Ucok terus berlanjut. Selain harus kehilangan suaminya, bu Ucok harus kehilangan Anak pertamanya (klo g salah ingat lagi y). Anak pertama bu Ucok dinyatakan menderita Tumor Otak dan seperti kejadian pada umumnya, penderita tumor otak akan sangat sulit untuk disembuhkan. Dan akhirnya pada 2004 bu Ucok harus kehilangan salah seorang buah hatinya.

Setelah buah hatinya meninggal, tanpa sengaja bu Ucok menemukan sepucuk surat dari anaknya yang telah tiada. Surat itu ditulis tahun 1995 tepat pada hari ulang tahun bu Ucok. Isi suratnya tidaklah terlalu puitis, indah dibaca, namun tentu saja sebagai seorang ibu bu Ucok sangat senang bisa menemukan surat yang sudah sangat lama dibuat oleh anaknya yang telah tiada.

Ketika mendengar cerita ini saya jadi sedikit berpikir, bagaimana tegarnya seorang perempuan seperti beliau dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Terutama ketika kehilangan orang yang sangat di cintai. Dan jika dibandingkan dengan kesedihan yang saya alami saat ini, kesedihan bu Ucok masih sangat amat jauh lebih mendalam dari yang saya rasakan saat ini. Setidaknya saya sudah berhasil mengambil salah satu pelajaran dari cerita ini, "jangan terlalu larut dalam kesedihan, terus berjalan, dan terus berjuang menggapai keinginan"

 

"Apakah Kehidupan Manusia Akan Mulus-Mulus Saja ???"

I'm Just soggy from the chemo